Semua orang terlihat biasa
Gue
duduk di terminal bus sambil nengok ke kanan dan ke kiri kyk orang
linglung. Hari ini gue akan pergi ke Yogyakarta dari Pemalang naik bis.
Perjalanan kesana kira2 10 jam dan gue udah menyiapkan pantat sebaik
mungkin.
Sepuluh jam naik bis nggk jadi masalah buat gue. Sesuai kata pepatah, biar lambat asal selamat.
Jam di terminal menunjukan pukul 8 malam.
Setengah jam lagi bis gue siap dinaiki.
Gue
coba untuk menahan rasa bosan diruang tunggu dengan baca bukunya Ilana
Tan sambil ngeliatin orang disekeliling. Mereka semua terlihat begitu
biasa. Di sebelah gue duduk ada orang china lagi berdiri buat ngelemesin
pinggulnya.
Di belakang ada orang kulit hitam pake baju kotak2. Di barisan bangku paling belakang, ada dua orang yg lagi pacaran.
Mereka semua terlihat biasa.
Padahal,
siapa tau orang china itu tadi pagi mendapat kabar bahwa neneknya
meninggal. Si orang hitam kotak2 itu terjangkit penyakit yg mematikan.
Siapa tau, 2 org yg lagi pacaran itu baru aja berantem. Tapi bagi gue,
bagi orang yg ngeliat dari luar, mereka terlihat biasa.
Gue juga pasti terlihat biasa.
Padahal, seminggu kemaren gue baru putus.
Di
dalam bentuk tubuh yg biasa2 ini, gue lagi remuk rendam hancur minah,
compang camping. Tapi bagi orang lain yg ngeliat, gue terlihat biasa.
Karena apa pun masalah kita, serumit dan sekompleks apa pun, orang lain
akan tetep jalan dengan hidupnya, seolah tidak mempedulikan. Life goes
on~
Gue masih duduk di ruang tunggu terminal.
Headphone di telinga memainkan I Do-nya Ten2Five.
Disaat2 baru putus seperti ini, denger lagu cinta bawaannya pengen garuk2 tanah. -,-
30 menit telah berlalu dan akhirnya gue pun menaiki bus 10 jam tersebut.
Bangku
di dalam bus itu seperti bangku di dalam pesawat, namun jauh lebih
empuk dan lebar. Kursi bisa dimundurin. AC bisa diatur. Sepertinya
perjalanan panjang ini bisa dinikmati dengan suka cita.
Disinilah gue berada.
Sekarang lagu headphone memainkan So Far Away-nya Avenged Sevenfold.
Duduk di atas bus menuju Kota Yogyakarta.
Bis pun berjalan perlahan-lahan. Supir bis berbicara melalui mic, dengan resmi membuka perjalan panjang ini.
Ya, akhirnya gue ke Yogya juga.
Ada
dua alasan bagi gue untuk pergi kesana naik bus. Yang pertama adalah
karena gue ngga punya duit buat sewa supir kesana. Yang kedua adalah
karena gue pengen di dalam bus selama 10 jam ini, tanpa bacaan, tanpa
kerjaan, gue bisa memaksa diri untuk berpikir.
Ya, berpikir.
Berpikir
tentang hubungan terakhir gue yang baru putus ini. Biasanya, sehabis
putus, gue akan bersedih-sedih sejenak lalu perlahan-lahan mengambil
serpihan hidup dan ceria seperti sedia dulu kala. Tapi ini beda, kali
ini gue 1,5 tahun pacaran dan putus dengan sukses.
Gue tau, gue harus mencari tau apa yang salah ?
Sama
seperti seorang karakter disalah satu novelnya Haruki Murakami, dia
waktu itu pergi ke bawah sumur tetangganya yang udah kering untuk
berpikir tentang hidupnya. Menemukan apa yg salah juga. Mengurung diri
di tempat sepi. Di dalam gelap.
Pikiran gue balik lagi ke dalam bis.
Sesekali gue ngeliat bulan dari balik jendela.
Waktu
kita pacaran dulu, dia pernah bilang, 'Disitu ada bulan ga?' Dengan
gagang telepon dikuping kanan, gue ngelirik ke balik jendela kamar gue.
Gue bilang, 'ini, ada kok. Aku lagi ngeliat.'
Dia bales, 'aku juga
lagi ngeliat. Lucu yah, gimana jauhnya kita ini, tapi kita masih bisa
ngeliat benda yang sama. Aku jadi ngerasa deket.'
Gue
kembali memandang ke luar jendela. Sekarang lampu2 jalan sudah mulai tak
terlihat, dan perjalanan bus ini mulai masuk ke tempat2 luar kota yang
gelap.
Lagu di headphone memainkan Not With Me-nya Bondan.
Gue bengong.
Lagu ini membawa ingatan gue ke setahun yang lalu.
Setahun yang lalu, malam itu sekitar pukul enam lewat 15, gue masih berdiri di depan Perpustakaan Daerah.
Gue
berdiri sambil mendengarkan sebuah lagu dari penyanyi beraliran pop
rap, sambil sesekali menggoyangkan kepala mengikuti beat dari penyanyi
pop rap itu. So far so good.
Lalu lagu hampir selesai, dia baru datang menjemput gue pake motor kesayangannya dia.
Sekedar
informasi, penyanyi itu adalah salah satu penyanyi yang gue kagumi, dan
begitu pula dengan dia. Penyanyi tersebut pula yang bisa memicu
kenangan kita berdua saat zaman2nya ngeband bareng sama temen2 band yang
lain. Simply, it's one of our favorite singer.
Tapi nggk
semuanya bisa berjalan sesuai rencana, cuaca mulai terasa dingin.
Pertama-tama gue biasa. Lalu perlahan-lahan gue mulai menggigil
kedinginan. Dia bilang ke gue,'kamu kedinginan ? Pake jaket aku aja
ya?'. Gue bilang,'nanti kamu pake apa? Aku yg udah pake baju panjang aja
kedinginan, apalagi nanti kamu yg cuma pake kaus lengan pendek ?'. Dia
bales,'udah gapapa pake aja jaketnya !, dari pada kamu tambah
kedinginan. Aku nggk tega'.
Akhirnya gue pake jaket dia dan
kembali melanjutkan perjalanan. Di tengah malam yg dingin, gue mencoba
mengingat sebanyak mungkin kenangan yang pernah ada.
Selang
beberapa lama kemudian, kita sampai di sebuah tempat makan. Band yang
lagi manggung di tempat itu membawakan lagu Not With Me dari Bondan
Prakoso diiringi gitar akustik. Lagu itu adalah lagu saat gue lagi
suka2nya sama dia, dan itu berarti banyaaaak banget buat kita berdua.
Sepertinya malam sudah menstimulasi pikiran kita masing2 dan kita pun
terbius, secara ga sadar ikut menyanyikan lirik lagu itu.
♫ I can see you, if you're not with me,
I can say to my self, if you're OK...♫
Dan
diiringi sayup2 sepenggal lirik yang kita berdua ingat selalu, ditemani
suara angin yang membuat kita berdua seakan-akan pengen tetep sama2
hanya agar merasa hangat secara hati..., dia menatap gue, mata kita
saling bertemu, dia genggam tangan gue dan bilang tiga rangkai kata yang
sampai sekarang bisa bikin gue merasa begitu spesial...'Aku Sayang
Kamu'. Gue pun membalas ucapannya.
Gue menghela nafas kembali.
Memang
menyakitkan, segimana besarnya masalah kita, orang2 lain akan tetap
berjalan maju. Tidak ada yang memahami. Walaupun ketika kita cerita
mereka pasti bilang,'gue tau apa rasanya.' Tapi mereka tidak benar2 tau.
Karena mereka tidak di dalam posisi kita. Tidak.
Orang2
lain akan tetep memperlakukan kita seperti orang biasa. Tanpa tau apa
yang kita sedang alami. Sebesar apa pun badai yang ada di hati kita saat
ini. The world will keep on moving, and I'll keep on standing.
Satu2nya cara adalah untuk terus berjalan maju. Dan gue, harus ngelupain dia begitu bis ini nyampe di Yogyakarta.
Gue mencoba untuk tidur.
Satu jam kemudian gue terbangun.
Bus
udh gelap, lampunya udah dimatiin. Gue nyoba ngeliat di balik kaca.
Semuanya terlihat gelap. Cahaya bulan yang agak sedikit redup hanya
mampu menunjukan sedikit saja pemandangan di luar. Begitu gelapnya,
sehingga apa yg gue liat di kaca adalah pantulan diri gue sendiri.
Jumper kuning garis hitam. Jilbab berantakan. Celana jeans.
Gue manyun.
Aneh,
di kaca ga keliatan apa apa, padahal diluar ada pemandangan untuk di
lihat. Tapi begitu gelap. Mirip seperti hubungan gue sama dia, hubungan
kita bisa begitu gelap padahal kita berdua tau, seandainya saja lampu
itu dinyalakan atau bulan lebih diterangkan, maka kita bisa ngeliat
pemandangan bagus. Kata Plato, yang namanya "gelap" itu nggk ada, yang
ada kekurangan cahaya.
Mungkin kita udah meredup.
Pada hati
Pada
kepercayaan yang udah lama sekarat, lalu mati diam2. Mungkin janji yang
kita ucapin dulu bisa dengan gampang dilupakan setelah kita mulai
membuat janji yang baru, janji yang juga tidak bisa ditepati.
Banyak alasan untuk orang putus cinta.
Ketidaksamaan
dari apa yg kita beri dengan apa yg kita terima. Masalah eksternal,
agama, orang tua, teman, atau Pihak Ketiga. Tapi apa yg salah dengan
hubungan kita, gue pengen mengerti.
Dia bilang waktu itu, masalahnya pada jarak.
Jarak.
Jarak.
Gue ngulang kata jarak sampe kata tersebut udah ga ada artinya lagi.
Gimana
jarak yg dulu itu bisa kita hadapi dengan angkuh tapi sekarang malah
jadi penyebab hancurnya hubungan ini. Karena jarak dia ngerasa bosen,
karena jarak dia merasa bahwa dirinya single, karena jarak dia mencoba
berpaling dari gue, karena jarak dia tega menghancurkan kesetiaan yg dia
buat sendiri. Dan itu semua KARENA JARAK !. Mungkin jarak udh lebih
kuat dari apa yg kita punya sekarang.
Atau mungkin, kita sudah tidak lagi melihat bulan yang sama. Who knows :')
Tidak ada komentar:
Posting Komentar